Kamis, 09 Mei 2013

SPO water seal drainase/WSD

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
PERAWATAN WSD

1.      PENGERTIAN
Drainase toraks merupakan metode yang penting untuk mencegah dan mengobati kolaps dari paru-paru. Keadaan ini dapat timbul karena obstruksi bronchial akibat sekresi karena oleh udara, cairan, darah, dan pus. Kendati terdapat berbagai metode yang diperlukan untuk kedua sebab, kedua tipe tersebut dapat terjadi secara bersama, misalnya pneumothoraks yang menyebabkan kolaps parsial dari paru-paru akibat kompresi (pasif) dapat diikuti oleh drainase bronchial yang adekuat. Sekresi yang meningkat tidak dapat diabsorpsi sehingga menyebabkan terjadinya kolaps paru-paru. Kavum pleura kemudian harus diaspirasi atau didrainase. Jika diperlukan adanya drainase, maka digunakan WSD. Seal mencegah masuknya udara melalui susunan drainase dan memungkinkan paru-paru mengembang. Udara, darah, atau eksudat lainnya akan didrainase.




2.      TUJUAN
Drainase pleura dilakaukan dengan alas an berikut:
a.       Drainase dilakukan secara rutin setelah pembedahan toraks untuk mencegah terjadinya tegangan akibat pneumothoraks.
1)      Jika jaringan paru-paru dipotong dan udara dari permukaan yang terpotong tetap bocor.
2)      Untuk mempermudah drainase jika terdapat kemungkinan terjadinya perdarahan pada area yang luas saat masa pascaoperasi.
3)      Mempermudah drainase jika esophagus dibuka da kemungkinan terjadinya kontaminasi atau kebocoran dari jahitan.
b.      Mempermudah drainase setelah cedera ketika ditemukan hemotoraks atau pneumotoraks.
c.       Untuk mengurangi teganmgan pneumotoraks setelah suatu pneumothoraks spontan.
d.      Untuk mengurangi empiema.
e.       Terapi: drainase cairan dan udara pada rongga pleura
f.       Pemantauaan: untuk mengetahui fungsi paru an menentukan perlu/tidaknya tindakan pembedahan toraks.

3.      INDIKASI PEMASANGAN SELANG WSD
a.       Pneumotoraks > 20%
b.      Pneumotoraks < 20% yang memerlukan ventilator.
c.       Hematotoraks.
d.      Hematopneumotoraks
e.       Empiema toraks
f.       Fluidotoraks yang tidak dapat diatasi dengan tindakan punksi
g.      Pascatorakotomi

4.      JENIS SISTEM WSD
a.       Jenis WSD 1 botol
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam dua cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan


b.      Jenis WSD 2 botol
Digunakan dua botol,  satu botol mengumpulkan cairan drainage dan botol kedua sebagai  water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan sistem satu botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemotothoraks, hemopneumothoraks dan efusi peura.

c.       Jenis WSD 3 botol
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD.  Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai 3 selang yaitu tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua,  tube pendek lain dihubungkan dengan suction dan tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

5.      KOMPLIKASI
Ketiga sistem tersebut dapat digunakan denga atau tanpa pengisapan (suction) yang kontinu. Selain mempunyai kegunaan yang sangat baik, pemasanagn selang dada dengan WSD juga mempunyai berbagai kemungkinan komplikasi, sepaerti berikut ini.
a.       Peradangan pleura
b.      Hematoma paru-paru dan dinding dada
c.       Tension pneumotoraks
d.      Kegagalan pengembangan paru
e.       Infeksi

6.      PERSIAPAN ALAT
a.       Perlak                                            f. Betadine
b.      Pengalas                                        g. Plester
c.       Bengkok                                        h. Cairan disinfektan
d.      Klem selang                                  i. Botol WSD
e.       Kasa steril

7.      PERSIAPAN PASIEN
a.       Memberikan salam dan senyum kepada klien (BHSP)
b.      Menjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dibutuhkan
c.       Menjelaskan kerahasiaan bila perlu pasang tirai
d.      Mengatur posisi klien

8.      PROSEDUR KERJA
a.       Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan.
b.      Menanyakan keluhan utama klien
c.       Jaga privasi klien
d.      Atur posisi tidur klien semifowler dengan posisi kepala mengarah berlawanan  dengan letak selang dada.
e.       Letakkan alas perlak dan alasnya dibawah punggung klien sesuai dengan letak selang dada
f.       Dekatkan bengkok pada klien
g.      Periksa balutan pada insersi selang terhadap adanya rembesan cairan
h.      Periksa alat WSD dan yakinkan alat tersebut berfungsi dengan baik. Segera klem sealang dada jika alat tidak berfungsi baik (rusak/ pecah/ cairan dalam botol tumpah)
i.        Periksa selang dada terhadap kebocoran terutama pada daerah konektor dan kemungkinan selang tertekuk/terpelintir
j.        Cek produk drainase (warna/jumlah/ dan lain-lain)
k.      Anjurkan klien untuk latihan tarik napas panjang sebanyak 5 kali.
l.        Lakukan klempada selang dada selama tindakan perawatan
m.    Lepaskan balutan dan cek daerah insersi
n.      Bersihkan luka dengan kasa betadine di bangian insersi dan selang dada sepanjang 10 cm. bersihkan denagan kasa kering dan tutup dengan kasa steril. Hati-hati terhadap benang jahitan jangan sampai tertarik simpulnya
o.      Lakuakn fiksasi selang dada dengan baik dan benar
p.      Buka klem selang dada dan yakinkan alat WSD berfungsi kembali
q.      Ganti botol WSDdan cairan disinfektan jika diperlukan
r.        Rapikan kembali alat yang dipakai
s.       Rapikan posisi klien

9.      SIKAP
a.       Komunikasi terapeutik
b.      Mempertahankan prinsip kerja
c.       Bekerja dengan hati-hati dan cermat
d.      Bekerja secara sistematis

10.  PERHATIAN
a.       Posisi tidur klien semifowleer
b.      Letakkan botol WSD harus diamati
c.       Selang dada tidak boleh menyilang tubuh klien
d.      Selang dada tidak bolehtertekuk atau terpelintir
e.       Ujung selang harus terendam dalam cairan disinfektan
f.       Awasi darainase setiap 3 jam pertama pasca pemasanagan selang dada
g.      Ganti botol WSD setiap hari dan gunakan diinfektan yang baru
h.      Untuk klien dengan cedera kepala, posisi tidur boleh supinasi
i.        Fungsi alat WSD
j.        Danya tanda undulasi pada saat respirasi
k.      Posisi selang dada bebas dari lipatan dan terpelintir
l.        Kondisi konektor/ sambungan selang
m.    Daerah insersi selang
n.      Kondisi pernapasan klien
o.      Fiksasi pada insersi selang tubuh ke tubuh klien
p.      Jumlah dan warna cairan drainase


DAFTAR PUSTAKA

Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamenta Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, edisi 4 vol.2. Jakarta: EGC
Tim penulis poltekes kemenkes maluku. 2011. Penuntun Praktikum ketrampilan Kritis III untuk Mahasiswa D-3 Keperawtan. Jakarta: salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar