Selasa, 13 Agustus 2013

Hypertension Risk









Alcohol and Cigarettes: Hypertension Risk Factors to Avoid

You can't always prevent high blood pressure, but giving up smoking and moderating your alcohol consumption can help.

People who smoke and drink should be concerned about their cardiovascular health. Both habits increase the risk of developing hypertension, or high blood pressure, which in turn increases the risk of developing cardiovascular disease.
The effects of smoking and drinking on hypertension are well-known — both can have dramatic affects on heart health and blood pressure levels. So whether you've already been diagnosed with high blood pressure or have hypertension risk factors, it's time to do something about those risk factors you can control.
Smoking and High Blood Pressure
Smoking causes an immediate spike in blood pressure and can raise systolic blood pressure levels by as much as 4 millimeters of mercury (mm Hg). The nicotine in tobacco products spur the nervous system to release chemicals that can constrict blood vessels and contribute to high blood pressure.
Smoking also causes long-term damage to blood vessels, so beyond the hypertension risk, this habit further increases the chance of developing problems like stroke, heart disease, and heart attack. The combination of smoking and hypertension puts you at greater risk of having a heart attack, stroke, or other cardiovascular event compared to non-smokers with hypertension.
Drinking and High Blood Pressure
To keep blood pressure in check and prevent health problems, it's best to drink alcohol moderately. That means no more than one alcoholic drink per day for women, and no more than two drinks per day for men. If you cut back on alcohol consumption, research shows that you may be able to lower systolic blood pressure levels by as many as 3 mm Hg..
Quitting and Cutting Back
Here are some tips to help you stop smoking and limit your alcohol intake:

  1. Commit to quit. Set a date and sign a contract, if necessary, with yourself and maybe a witness, in order to stop smoking. Get rid of all of your tobacco supplies — cigarettes, lighters, ashtrays, anything related to smoking — and check with your doctor about trying a nicotine patch or gum.
  2. Avoid triggers. Do you find yourself craving a smoke while watching TV, after eating, or during a phone conversation? Then keep yourself busy and avoid those triggers. Take a walk after meals instead of watching TV or get an after-dinner cappuccino at a coffeehouse instead of visiting a bar.
  3. Fill your time. Treat yourself to a fun activity that will take your mind off smoking and drinking — see a movie, go shopping, sightsee, or pick up a new hobby to occupy your time and give you a sense of enjoyment and satisfaction.
  4. Make alcohol a limited indulgence. Instead of settling in on the couch with a six-pack or a bottle of wine, limit yourself to one drink (two for men) per day. Be sure to remember serving sizes — a serving of wine is 5 ounces; a serving of beer is 12 ounces; and a serving of liquor is 1.5 ounces.
  5. Recognize the signs of dependence. If you have a difficult time limiting alcohol, you might need outside support. When alcohol starts affecting work, school, or relationships, it's time to seek professional help. Support groups can help, but a detoxification program (complete withdrawal from alcohol use) and rehabilitation may be necessary if you are a heavy drinker.
You can't always prevent high blood pressure, but you can control hypertension risk factors such as tobacco and alcohol. 


Medically reviewed by Lindsey Marcellin, MD, MPH

Sabtu, 10 Agustus 2013

Temponade Jantung




TEMPONADE JANTUNG

3.1       Definisi
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003)
.
3.2       Etologi dan Klasifikasi
Untuk semua pasien, penyakit keganasan merupakan penyebab tersering tamponade jantung. Dari berbagai etiologi jantung, Merce et al melaporkan 30-60% kasus penyakit keganasan, 10-15% kasus uremia, 5-15% pada idiopathic pericarditis,  5-10% pada penyakit infeksi, 5-10% pada antikoagulan, 2-6% pada penyakit jaringan ikat, dan 1-2% pada Dressler atau postpericardiotomy syndrome. Tamponade jantung dapat terjadi pada berbagai tipe pericarditis (Yarlagadda,2011).
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas (Munthe, 2011):
1.    Acute surgical tamponade
Meliputi keadaan antegrade aortic dissection, iatrogenic, dan trauma tembus jantung. Pada keadaan ini, tamponade jantung dapat menyebabkan mekanisme kompensasi menyeluruh yang cepat. Timbunan darah dan clot sebesar 150 cc dapat menyebabkan kematian secara cepat. Pada keadaan kronis, timbunan darah dapat mencapai 1 L.
2.    Medical tamponade
Meliputi keadaan efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal
3.    Low-pressure tamponade
Keadaan ini terjadi pada dehidrasi berat.
Sedangkan menurut Spodick 2003, berdasarkan etiologinya, tamponade jantung dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Acute tamponade: biasanya disebabkan oleh ruptur traumatik dari ventrikel akibat trauma tumpul atau prosedur lainnya; juga disebabkan oleh aortic dissection atau infark miokard dengan ruptur ventrikel.
2.      Acute tamponade mempunyai onset yang tiba-tiba, dan dapat menyebabkan nyeri dada, takipnea, dan dispnea, serta membahayakan jiwa bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan vena jugularis juga meningkat, dan mungkin berhubungan dengan distensi vena di dahi dan kulit kepala. Suara jantung juga seringkali tidak terdengar (Hoit, 2009).
3.      Subacute tamponade:
Subacute tamponade dapat asimptomatis pada awalnya, tetapi bila tamponade jantung melewati batas kritis, maka akan menimbulkan gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau penuh di dada, edema perifer, rasa lelah, atau gejala lainnya yang disebabkan peningkatan tekanan pengisian dan cardiac output yang terbatas (Hoit, 2009).
·       Infeksi HIV
·       Infeksi virus, bakteri (TBC), jamur
·       Obat-obatan – Hydralazine, procainamide, isoniazid, minoxidil
·       Keganasan: contohnya paru, payudara, Hodgkin’s, mesotelioma
·       Post MI, post operasi CT, post prosedur
·       Uremia
·       Post XRT
·       Idiopatik
·       Penyakit pada jaringan ikat : Systemic lupus erythematosusrheumatoid arthritisdermatomyositis
·       Pengobatan anticoagulation
·       Penyebab lain : hypothyroidism, Still disease, dan Duchenne muscular dystrophy
Pericarditis akut merupakan inflamasi pada lapisan pericardium. Penyebabnya bisa infeksi (viral, TB, bakteri piogen) atau non-infeksi (post miokard infark,neoplasma, induksi dari radiasi, penyakit jaringan ikat, induksi dari obat). Sama seperti proses inflamasi lain, perikarditis dicirikan dengan 3 fase: (1) vasodilatasi lokal dengan transudasi cairan yang miskin protein dan bebas sel ke ruang pericard, (2) peningkatan permeabilitas vaskular dengan kebocoran protein ke rongga pericard, (3) eksudasi leukosit awalnya dengan neutrofil, diikuti oleh sel mononuklear. Leukosit penting karena membantu mengeliminasi infeksi dan agen autoimun. Namun, produk metabolik yang dilepaskan oleh sel-sel ini dapat memperpanjang inflamasi, menyebabkan nyeri dan kerusakan seluler lokal dan memediasi gejala somatis seperti demam. Oleh karena itu, respon imun terhadap cedera pericard dapat secara signifikan berkontribusi pada kerusakan jaringan dan simptomatologi (Lilly,2007).
Efusi pericard merupakan akumulasi cairan berlebih pada ruang pericard.Penyebabnya bisa berasal dari pericarditis akut atau efusi serosa non inflamasi. Efusiserosa non inflamasi bisa karena berbagai kondisi, yaitu: (1) peningkatan permeabilitas kapiler (pada hipotiroidisme), (2) peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (pada gagal jantung kongestif), (3) penurunan tekanan onkotik plasma (pada sirosis atau sindromnefrotik). Efusi chylous dapat terjadi pada obstruksi limfe yang mendrainasi pericard,kebanyakan karena neoplasma dan TB. Karena pericard merupakan struktur yang relatif kaku, hubungan antara volume internal dan tekanan tidak linear. Pada volume rendah yang secara normal ada di pericard, peningkatan volume yang kecil hanya mengakibatkan peningkatan kecil tekanan. Tapi, ketika volume intrapericard mengembang di atas level kritis, peningkatan tekanan secara dramatis akan terjadimengingat keberadaanya dalam kantung yang tidak bisa mengembang. Pada titik tersebut, walaupun volume hanya meningkat sedikit akan dirubah menjadi gaya kompresi hebat terhadap jantung (Lilly, 2007).
Pemeriksaan fisik pada subacute tamponade meliputi hipotensi dengan pulse pressure yang menyempit dan menggambarkan stroke volume yang terbatas. Walaupun begitu, pasien dengan riwayat hipertensi akan tetap hipertensi karena peningkatan aktivitas simpatis pada kasus tamponade (Hoit, 2009).

3.3        Patogenesis tamponade jantung

   3.3.1  Anatomi Pericardium
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi jangkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa (dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan parietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke permukaan eksternal dari miokardium, itu berfungsi sebagai penghalang pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan dari struktur yang berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi untuk mengandung jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan membran serosa mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi permukaan jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu : (Darling,2012)
1. Pericardium visceral (epicardium)
Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya, adalah perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat meluncur dengan mudah pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan untuk berkontraksi dengan bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari sel mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan penunjang fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung serat elastis, serta arteri besar yang memasok darah ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang membawa darah dari dinding jantung (Darling,2012).
2. Pericardium parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium parietalis, terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan fibrosa perikardium parietalis melekat pada diafragma dan berdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah besar yang memasuki dan meninggalkan jantung. Dengan demikian, perikardium parietalis membentuk kantung pelindung yang kuat untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum. Lapisan serosa dari perikardium parietalis, sebagian besar terdiri dari mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk epitel skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya sekitar 25 sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan sama lain dan menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung (Darling,2012).
Di bagian atas jantung, lapisan viseral lipatan atas bergabung dengan lapisan parietalis. Flip ini disebut refleksi pericardium (Darling,2012).

3.4       Patofisiologi tamponade jantung
Tamponade jantung didefinisikan sebagai kompresi  signifikan jantung akibat akumulasi isi perikardial, “Kompresi signifikan” tergantung apakah tamponade dari sudut pandang murni fisiologis atau klinis. Karena tamponade adalah patofisiologis yang kontinum, tamponade jantung dapat ringan dan terus berkembang, yang terakhir menjadi keadaan darurat yang mengancam nyawa dan tahap yang dapat berkembang ke arah itu. Pengurangan cardiac output dapat terjadi dari sedikit misalnya 150 mL darah perikardium setelah luka jantung hingga lebih dari 1 L cairan di efusi perikardial yang perlahan berkumpul. kompresi jantung dengan Klinis yang signifikan oleh cairan perikardial tergantung pada tiga kondisi yang saling terkait. Isi perikardial harus melakukan hal berikut: (1) mengisi volume cadangan perikardial kecil relatif, volume yang ditambahkan ke yang normal 15 sampai 35 mL cairan perikardial, hanya akan menggembungkan perikardium parietalis dengan mengisi berbagai relung dan sinus;  (2) meningkat melebihi peregangan dari perikardium parietalis; dan (3) melebihi volume darah vena yang mendukung gradien tekanan normal kecil untuk pengisian jantung kanan. Perikardium bersifat relatif inextensible, jantung dan isi perikardial bersaing terus-menerus untuk mempertahankan volume tetap intrapericardial relatif (Lilly,2007).
Proses patofisiologis yang mendasari untuk pengembangan tamponade adalah karena berkurangnya tekanan diastolik mengisi distending transmural tidak cukup untuk mengatasi tekanan intrapericardial meningkat. Takikardia adalah respon jantung awal untuk perubahan ini untuk mempertahankan curah jantung. Aliran balik vena sistemik juga diubah selama tamponade. Jantung dikompresi pada seluruh siklus jantung karena tekanan intrapericardial meningkat, aliran balik vena sistemik terganggu dan terjadi kolaps ventrikel kanan dan atrium kanan. Karena vaskular paru adalah sirkuit yang luas dan memenuhi persyaratan, darah cenderung terakumulasi di sirkulasi vena, dengan mengorbankan pengisian ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan berkurangnya cardiac output dan aliran balik vena (Yarlagadda,2011).
Reddy et al menjelaskan 3 fase perubahan hemodinamik pada tamponade : (Yarlagadda,2011)
Tahap I: Akumulasi cairan perikardial menyebabkan peningkatan kekakuan ventrikel, memerlukan tekanan pengisian yang lebih tinggi. Selama fase ini, tekanan ventrikel kiri dan kanan mengisi lebih tinggi dari tekanan intrapericardial
Tahap II: Dengan akumulasi cairan lebih lanjut, tekanan perikardial meningkat di atas tekanan pengisian ventrikel, sehingga curah jantung berkurang.
Fase III: Terjadi penurunan output jantung lanjut, karena equilibrium tekanan perikardial dan pengisian ventrikel kiri (LV).
Jumlah cairan perikardial diperlukan untuk merusak jantung diastolik mengisi tergantung pada tingkat akumulasi cairan dan tahanan perikardium. Akumulasi cepat 150 mL cairan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan perikardial dan dapat menghambat cardiac output, sedangkan 1000 mL cairan dapat terakumulasi selama periode yang lebih lama tanpa efek signifikan pada pengisian diastolik jantung. Hal ini disebabkan peregangan adaptif perikardium dari waktu ke waktu. Perikardium dapat menyesuaikan akumulasi cairan yang cukup selama periode yang lebih lama tanpa mengganggu hemodinamik (Yarlagadda,2011).
Pada setiap ruang jantung, memiliki tekanan intramural (tekanan intracardiac dikurangi tekanan pericardial), merupakan penentu utama pada pengisian jantung. Tekanan transmural merupakan “true filling pressure” yang berkontribusi terhadap preload ventrikel. Tekanan pericardial normal lebih rendah dibandingkan titik pertengahan tekanan diastolik atrium kanan dan ventrikel kanan, sehingga tekanan transmural atrium kanan (tekanan atrium kanan dikurangi tekanan pericardial) normalnya lebih tinggi dari tekanan intrakardiaknya. Pada tamponade jantung, peningkatan tekanan perikcardial progresif akan mengurangi rata-rata tekanan transmural diawali pada ruang jantung kanan kemudian ruang jantung kiri (Spodick,1998).
Seperti kebanyakan tamponade, mengakibatkan kelainan tekanan dan aliran, tekanan transmural yang timbal balik berkurang dan peningkatan selama pernapasan pada jantung kiri dibandingkan kanan. sehingga, inspirasi meningkatkan pengisian jantung kanan dengan mengorbankan jantung kiri dengan pemulihan pada ekspirasi. Pada kondisi tamponade kritis, output jantung biasanya turun setidaknya 30%, tekanan transmural rata-rata, nol (biasanya antara 15 dan 30 mm Hg dalam perikardium dan antara 15 dan 30 mmHg dalam jantung pada pasien euvolemic), sehingga mekanisme kompensasi pernapasan menjadi mekanisme fisiologis utama yang berkontribusi pada tingkat tertentu untuk output dan input jantung. Sebuah komponen penting dari kompensasi pernapasan ditandai pergeseran dari septum ventrikel ke ventrikel kiri saat inspirasi mengisi jantung kanan dengan mengorbankan jantung kiri dengan pembalikan pada ekspirasi. Secara klinis, kompensasi pernapasan  dinyatakan sebagai pulsus paradoksus (Spodick,1998).
Selain tergantung pada volume perluasan darah, peregangan pericardial, dan peningkatan fraksi ejeksi, mekanisme kompensasi tam[pomade jantung seperti tachycardia dan vasokonstriksi perifer karena stimulasi adrenergic karena penurunan cardiac output. Peningkatan tekanan atrium kanan berkontribusi pada peningkatan minute cardiac output (stroke volume x heart rate) saat penurunan stroke volume (Spodick,1998).
Stimulasi adrenergik stimulasi, baik alfa dan beta, dan termasuk serum peningkatan katekolamin merupakan respon kompensasi utama pada penurunan cardiac output dengan empat efek besar: (1) β-adrenergik kontribusi terhadap peningkatan denyut jantung; (2) β-adrenergik tergantung pada peningkatan relaksasi diastolik, (3) a-adrenergically meningkatkan resistensi perifer untuk mempertahankan pusat tekanan darah dan mendukung gradien untuk aliran koroner; dan (4) inotropi meningkat untuk meminimalkan volume end sistolik ventrikel melalui peningkatan fraksi ejeksi, dapat normal sampai tinggi pada tamponade tanpa penyakit  jantung (Spodick,1998).
Meskipun cardiac output semakin jatuh, peningkatan resistensi perifer mendukung tekanan darah arteri sampai relatif terlambat, sebagian melalui mekanisme adrenergik. Dengan demikian, peningkatan resistensi perifer tidak terpengaruh pada blokade-β, tetapi berkebalikan pada blokade-α. Penurunan tekanan darah kritis juga dipengaruhi oleh mekanisme ketergantungan opioid, yang ditunjukkan oleh peningkatan tekanan darahyang diinduksi nalokson selama tamponade. Peningkatan ini terjadi tanpa meningkatkan cardiac output,
sehingga mekanisme ini harus bertindak melalui peningkatan vaskular sistemik (Spodick,1998).

3.5       Manifestasi Klinis
Gejala klinik tamponade bervariasi, tergantung proses yang mendasarinya. Pada efusi pericard, ada 3 faktor yang menentukan apakah tetap tenang secara klinis atau menimbulkan gejala akibat kompresi jantung. (1) volume cairan, (2) laju terakumulasinya cairan, (3) karakter komplians pericardium. Suatu peningkatan mendadak volume perikard, contohnya pada kasus trauma dada dengan perdarahan intrapericard, mengakibatkan peningkatan signifikan tekanan perikard dan berpotensi menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga jantung. Jumlah cairan yang sedikitpun dapat meningkatkan peningkatan signifikan tekanan jika pericard secara patologis non-komplians, misalnya pada keberadaan tumor atau fibrosis kantung.Berbeda dengan hal-hal tersebut, jika efusi perikard terakumulasi dengan lambat, dalam jangka waktu mingguan hingga bulanan, perikard perlahan teregang. Dengan adaptasi, perikard bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan signifikan tekanan intraperikardia. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan pericardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit (Lilly,2007;Muthe,2011 ;Yarlagadda,2011).
Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi pericardial, yang dapat menyebabkan tamponade jantung (Yarlagadda,2011).
1.    Pasien dengan penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan berat badan, lemas dan  anoreksia.
2.    Nyeri dada pada pasien pericarditis dan infark miokard.
3.    Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan kelainan jaringan ikat.
4.    Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi pericard.
5.    Seksama terhadap obat pasien terkait obat lupus yang mengarah ke efusi perikardial
6.    Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau trauma yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
7.    Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena central yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
8.    Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tamponade jika pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi oportunistik.
9.    Tanyakan tentang radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru, mediastinum, atau esophagus)
10.Tanyakan tentang gejala keringat malam, demam, dan penurunan berat badan, yang mengindikasikan tuberculosis.
3.6       Pemeriksaan Fisik
Gejala yang paling sering ditemukan adalah dyspnea, tachycardia, dan peningkatan jugular venous pressure (JVP). Bekas cedera dinding dada tampak padaa pasien trauma. Tachycardia, tachypnea, dan hepatomegaly ditemukan lebih dari 50% pasien dengan tamponade jantung, sedangkan bunyi jantung menjauh dan pericardial friction rub ditemukan pada sekitar sepertiga pasien. Beberapa pasien datang dengan keluhan pusing, mengantuk, atau palpitasi. Kulit yang dingin, basah dan nadi yang lemah karena hipotensi juga dapat tampak pada pasien dengan tamponade (Yarlagadda,2011).
·       The Beck triad atau acute compression triad
·       Dijelaskan pada tahun 1935, pada pemeriksaan fisik ditemukan tiga tanda, yaitu : peningkta JVP, hipotensi, dan bunyi jantung menjauh.
·       Penemuan ini akibat dari akumulasi yang cepat dari cairan pericardial. Namun, triad klasik ini biasanya ditemukan pada pasien dengan tamponade jantung akut.
·       Ini merupakan peningkatan (>12 mm Hg atau 9%) dari penurunan inspirasi normal pada tekanan darah sistemik.
·       Untuk memeriksa pulsus paradoxus, pasien biasanya diposisikan semirecumben, sehhingga pernafasan akan normal. Cuff tensimeter dinaikkan paling tidak 20 mmHg di atas tekanan sistolik dan perlahan diturunkan sampai bunyi korotkoff pertama terdengar hanya saat ekspirasi. Pada pembacaan tekanan, jika cuff tidak diturunkan dan pulsus paradoxus muncul, bunyi korotkoff pertama tidak terdengar saat inspirasi. Setelh cuff kemudian diturunkan, pada titik dimana korotkoff pertama tersengar keduanya saat inspirasi dan ekspirasi. Jika perbedaan antara pemeriksaan pertama dan kedua lebih besar dari 12 mmHg, maka dikatakan abnormal pulsus paradoxus terjadi.
·       Paradoksnya adalah bahwa ketika mendengarkan suara jantung selama inspirasi, denyut nadi melemah atau mungkin tidak teraba dengan detak jantung tertentu, sementara S1 adalah mendengar dengan semua detak jantung.
·       Pulsus paradoxus dapat ditemukan pada pasien dengan beberapa kondisi lainnya, misalnya pericarditis konstriktif, severe obstructive pulmonary disease, restrictive cardiomyopathy, pulmonary embolism, rapid dan labored breathing, dan right ventricular infarction dengan shock.
·       Pulsus paradoxus mungkin tidak ditemukan pada pasien dengan elevasi Left Ventrikel diastolic pressures, atrial septal defect, pulmonary hypertension, danaortic regurgitation.
·       Pulsus paradoxus atau paradoxical pulse
·       Kussmaul sign
o   Ini dijelaskan oleh Adolph Kussmaul sebagai suatu peningkatan paradoksikal pada distensi dan tekanan vena selama inspirasi.
o   Tanda ini biasanya didapatkan pada pasien dengan pericarditis konstriktif tetapi kadang didapatkan pada pasien dengan perikarditis efusif-konstriktif dan tamponade jantung.
·       Ewart sign
o   Disebut juga Pins sign, ditemukan pada pasien dengan efusi pericardial yang luas.
o   Digambarkan sebagai daerah kusam, dengan suara napas bronkial dan bronchophony bawah sudut kiri skapula.
·       Disforia : Ciri-ciri perilaku seperti gelisah gerakan tubuh, ekspresi wajah yang tidak biasa, kegelisahan, rasa kematian yang akan datang dilaporkan oleh Ikematsu pada sekitar 26% pasien dengan tamponade jantung.
·       Tamponade tekanan rendah : pada pasien hipovolemik berat, temuan fisik klasik seperti takikardia, paradoksus pulsus, dan distensi vena jugularis jarang terjadi. Tamponade tekanan rendah diidentifikasi pada 20% pasien dengan tamponade jantung dan pada 10% dari efusi perikardial besar.

3.7                                      Pemeriksaan Penunjang
Menurut,(Rosfanty,2009;Yarlagadda,2011;Anonimus;2011)
  1. Rontgen  dada
Menunjukkan gambaran   “water   bottle-shape   heart”,   kalsifikasi perkardial. Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol
  1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :
1.        Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma jantung.
2.        Profil renal dan CBC  uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan pericarditis
3.        Protrombin time (PT)   dan aPTT (activated partial thromboplastin time)  menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase perikardial.
  1. Elektrokardiografi (EKG)
·                Didapatkan  PEA  (Pulseless  Electric  Activity), sebelumnya dikenal sebagai Electromechanical  Dissociation,  merupakan dimana pada  EKG  didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan pulsasi. PEA  Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap gelombang berikutnya.
·                PEA   dapat ditemukan pada tamponade jantung,   tension pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur jantung.
·                Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
-        Sinus tachycardia
-        Kompleks QRS Low-voltage
-        Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1, terjadi karena pergerakan jantung pada ruang pericardium. Electrical ditemukan juga pada pasien dengan myocardial ischemia, acute pulmonary embolism, dan tachyarrhythmias.
-        PR segment depression
·                EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan aspirasi perikardium.
  1. Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang berguna, tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan echocardiografi 2-dimensi :
·       Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di belakang atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan cairan lokal posterior tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan cardiac output.
·       Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan (Lihat gambar di bawah.)
·       kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak kolaps (Lihat gambar di bawah)
·       Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
·       Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup mitral
  1. Pulse oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat pada pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien dengan tamponade, Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas pernapasan di pulsa-oksimetri gelombang pada semua pasien [12]. Ini harus meningkatkan kecurigaan untuk kompromi hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-dapat membantu untuk mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.

3.8         Penatalaksanaan
Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Sebaiknya, pasien harus dipantau di unit perawatan intensif. Semua pasien harus menerima hal-hal berikut:
a.    Jika nadi teraba, aspirasi jarum merupakan terapi awal dans erring dapat menyelamatkan nyawa.
-       Aspirasi dilakukan dengan jarum spinal pendek ukuran 16-18 yang disambungkan dengan kunci tiga jalur (three way stopcock) dan semprit 50 ml.
-       Jarum ditusukkan sedikit disebelah kiri processus xipideus dan di arahkan ke sefal dan ke kiri sampai darah dapat diaspirasi. Kedalaman tusukan biasanya 3 sampai 4 cm. Tindakan ini hendaknya dilakukan dengan pemantauan EKG, kecuali dalam keadaan sangat darurat. Sebuah klem alligator digunakan sebagai sadapan (lead) EKG dan disambungkan kejarum, kemudian terus dimajukan sampai dilihat arus cedera (current of injury) pada monitor. Jarum yang sekarang menyentuh permukaan pericardium, kemudian sedikit ditarik kembali ke ruang pericardium, dan cairan kembali.
-       Kateret vena sentral dapat dipasang melalui jarum tersebut dan dibiarkan ditempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk mencegah pengumpulan cairan kembali.

b.    Ekspansi volume dengan darah, plasma, dekstran, atau larutan natrium klorida isotonik, yang diperlukan untuk mempertahankan volume intravaskular cukup: Sagrista-Saauleda dkk mencatat peningkatan yang signifikan dalam output jantung setelah ekspansi volume. 
c.     Istirahat di tempat tidur dengan ketinggian kaki: ini dapat membantu meningkatkan kembali vena.
d.    Obat inotropik (misalnya, Dobutamine): ini dapat berguna karena mereka tidak meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik sambil meningkatkan output jantung.
e.     Positif-tekanan ventilasi mekanis harus dihindari karena dapat menurunkan kembali pembuluh darah dan memperburuk tanda-tanda dan gejala tamponade.