Senin, 06 Mei 2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Diabetes Gestasional


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES GESTASIONAL
DI PUSKESMAS WIYUNG SURABAYA


Hari/Tanggal               : Sabtu, 15 Desember 2012
Waktu                         : 20 menit
Tempat                        : Puskesmas Wiyung ruang BKIA
Sasaran                        : Klien (Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus)
Topik HE                    : Diabetes Melitus Gestasional (DMG)/ DM dalam kehamilan

A.    Tujuan
1.      Tujuan instruksional umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan/ health education (HE) diharapkan klien mengetahui tentang pengetahuan penyakit Diabetes Melitus Gestasional (DM dalam kehamilan) dan mengetahui gejala, komplikasi serta tindakan yang dilakukan.
2.      Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan HE diharapkan klien mampu :
a.       Memahami dan menjelaskan pengertian Diabetes Melitus Gestasional
b.      Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala, klasifikasi, komplikasi dan penanganan Diabetes Melitus Gestasional
c.       Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada klien dengan Diabetes Melitus Gestasional.
3.       Manfaat
1)      Bagi Mahasiswa
Sebagai media untuk periintraksi klien diabetes gestasional
2)      Bagi Klien
Menambah wawasan klien yang melakukan pemeriksaan kehamilan khususnya penderita penyakit diabetes mellitus dalam kehamilan/diabetes mellitus gestasional, cara penanganan serta diit yang tepat tanpa mengurangi kebutuhan nutrisi dan kecukupan gizi ibu dan janin.. 

B.     Sasaran Pendidikan Kesehatan
Klien (ibu hamil dengan diabetes melitus) yang  menjalani pemeriksaan.

MATERI

1.      Pengertian
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin (Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan catatan kuliah pemenuhan kebutuhan gizi reproduksi, 2006).
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan. Jadi diabetes mellitus gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan (ADA, 1990).

2.      Etiologi
Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan Menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Factor Predisposisi :
Ø Umur sudah mulai tua
Ø Multiparitas
Ø Penderita gemuk
Ø Kelainan anak lebih besar dari 4000 g
Ø Bersifat keturunan
Ø Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine
Ø Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
Ø Glokusuria

3.      Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
3.1  DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3.2  DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3.3  Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.

4.      Patogenesis
Patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
a. Pada penyakit DM 1 didapat kerusakan (dekstruksi) sel beta pankreas dengan  penggunaan glukosa sebagai energiàakibat menurunnya produksi insulin   tubuh menggunakan lemak dan protein sebagai sumber energi.àterganggu   ketosis dan ketoasidosis.àMetabolisme tidak sempurna
b. Pada  fungsi insulin menurun.à penyakit DM 11 didapat retensi insulin  Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya sehingga terjadi defisiensi relatif insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat sehingga terjadi inadekuatnya pembentukan dan penggunaan insulin yang berfungsi memudahkan glukosa berpindah ke dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan tetap berada dalam daerah sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal yang menyebabkan air tertarik dari sel-sel ke dalam jaringan/darah sehingga terjadi dehidrasi seluler. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan dehidrasi ekstreaoseluler. karena glukosa dan energi dikeluarkan dari tubuh bersama urine, tubuh mulai menggunakan lemak dan protein untuk sumber energi yang dalam prosesnya menghasilkan keton dalam darah. Pemecahan lemak dan protein juga menyebabkan lelah, lemah, gelisah yang dilanjutkan dengan penurunan berat badan mendadak ditambah terbentuknya keton akan cepat berkembang keadaan koma dan kematian.

5.      Tanda dan gejala klinis
-          Polifagia.                     - Mata kabur .  
-          Poliuria.                       - Pruritus vulva.
-          Polidipsi.                     - Ketonemia.
-          Lemas.                         - Glikosuria.
-          BB menurun.               - Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
-          Kesemutan.                 - Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
-          Gatal.                          - Gula darah puasa > 126 mg/dl.

6.      Komplikasi
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006. Meskipun tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
o   Abortus dan partus prematurus.
o   Pre eklamsia.
o   Hidroamnion.
o   Insufisiensi plasenta.
2.  Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
o   Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
o   Cacat bawaan.
o   Dismaturitas.
o   Janin besar (makrosomia)
o   Kematian dalam kandungan.
o   Kematian neonatal.
o   Kelainan neurologik dan psikologik.

7.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006
1. Mangatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus sebagai berikut ;
a.       Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG, makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
b.      Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara (snack) dengan interval tiga jam.
c.       Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan kedondong.
d.      Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;
 J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
 J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
 J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
e.       Penentuan jumlah kalori
Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/menyusui secara empirik dapat digunakan umus sebagai berikut ;
  
( TB – 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300
T2 + 200 L + 400
Keterangan :
TB : Tinggi badan. 
T1 : Trimester I 
T2 : Trimester II
T3 : Trimester III
 L : Laktasi/menyusui
2. Pengobatan insulin.
 Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial, terrutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis insulin tidak dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan hiperemisis gravidarum. Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah dalam trimester II apabila sudah mulai suka makan , lebih-lebih dalam trimester III.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin barkurang yang mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
3. Penanggulangan Obstetri
 Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus – menerus.

DAFTAR PUSTAKA


Chamberlain, Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya Medika
Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir.
Jakarta :EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan . Yayasan
Esentia Medika






Tidak ada komentar:

Posting Komentar