BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi
oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup
dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah
mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti
pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan dibahas tentang konsep
keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia. Agar masyarakat Indonesia
hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis dalam
keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari
keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara
menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Keluarga
merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Dalam keperawatan, keluarga
merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang peranan
penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota
keluarganya. Nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik/kultur yang
berasal dari nenek moyang akan mempengaruhi interpretasi keluarga terhadap
suatu penyakit. Masalah kesehatan dan adanya krisis perkembangan dalam suatu
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain karena keluarga
merupakan satu kesatuan (unit).
B.
Tujuan
C.
Rumusan
Masalah
D.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan
makalah ini adalah metode kepustakaan
E.
Sistematika
Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Definisi
keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Reisner (1980)
Keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,
adik, kakak, kakek dan nenek.
b. Logan’s (1979)
Keluarga
adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain.
c. Gillis (1983)
Keluarga
adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
d.
Duvall
Keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota.
e.
Bailon
dan Maglaya
Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
f.
Johnson’s
(1992)
Keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang
terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan
orang yang lainnya.
g.
Lancester
dan Stanhope (1992)
Dua atau lebih individu
yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling
menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal
dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara
satu dengan yang lainnya.
h.
Jonasik
and Green (1992)
Keluarga adalah sebuah
sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan dalam
keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).
i.
Bentler
et. Al (1989)
Keluarga adalah sebuah
kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian
darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi
kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.
j.
National
Center for Statistic (1990)
Keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan dengan
kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.
k.
Spradley
dan Allender (1996)
Satu atau lebih
individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan
mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
l.
BKKBN
(1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau
ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
2.
Istilah-istilah dalam
keluarga:
·
Keluarga
Sejahtera
Keluarga
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki
hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
·
Keluarga
Berencana
Upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
·
Kualitas
keluarga
Kondisi
keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang
merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
·
Kemandirian
keluarga
Sikap
mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan,
mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga,
mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga,
berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
·
Ketahanan
Keluarga
Kondisi
dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
·
NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu
nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya
dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada
kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
3. Indikator Tahapan keluarga
Menurut
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996) :
· Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
·
Sejahtera
I
Keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
·
Sejahtera
II
Keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi
·
Sejahtera
III
Keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi
belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian
sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan masyarakat.
·
Sejahtera
III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan
sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau
memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.
Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.
Atas dasar pemikiran di atas, maka
indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
a.
Keluarga Pra Sejahtera
Adalah
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan
dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
|
b.
Keluarga Sejahtera Tahap I
adalah keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu :
•
Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing
anggota keluarga.
•
Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua)
kali sehari atau lebih.
•
Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang
berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
|
•
Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan
dari tanah.
•
Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB
dibawa kesarana/petugas kesehatan.
c.
Keluarga Sejahtera tahap II
Yaitu keluarga - keluarga yang
disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula
memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu :
•
Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara
teratur.
•
Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan
daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
•
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
stel pakaian baru per tahun.
•
Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi
tiap penghuni rumah.
•
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam
keadaan sehat.
•
Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang
berumur 15 tahun keatas mempunyai
•
penghasilan tetap.
|
•
seluruh
anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
•
Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat
ini.
•
Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih
pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d.
Keluarga Sejahtera Tahap
III
yaitu
keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15
sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :
|
•
Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
agama.
•
Sebagian dari penghasilan keluarga dapat
disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
•
Biasanya makan bersama paling kurang sekali
sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga.
•
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya.
•
Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling
kurang 1 kali/6 bulan.
•
Dapat memperoleh berita dari surat
kabar/TV/majalah.
•
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga
yang dapat memenuhi kriteria I dan dapat pula memenuhi kriteria dan kriteria pengembangan keluarganya yaitu :
|
•
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan
sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk
materiil.
•
Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai
pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
f. Keluarga Miskin
adalah
keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak
dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
|
•
Paling kurang sekali seminggu keluarga makan
daging/ikan/telor.
•
Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru.
•
Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap
penghuni.
g. Keluarga miskin sekali
adalah
keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak
dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
|
•
Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali
sehari atau lebih.
•
Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk
dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
•
Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
5.
Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri
keluarga menurut Stanhope dan Lancaster
(1995):
·
Diikat dalam suatu tali perkawinan
·
Ada hubungan darah
·
Ada ikata batin
·
Ada tanggung jawab masing-masing anggota
·
Ada pengambilan keputusan
·
Kerjasama diantara anggota keluarga
·
Komunikasi interaksi antar anggota
keluarga
·
Tinggal dalam satu rumah
6. Tipe/Bentuk
Keluarga
Keluarga
merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena
itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat
harus memahami tipe keluarga yang ada.
1) Tradisional
2) Non-Tradisional
7.
Struktur dan Fungsi
Keluarga
1) Struktur
Keluarga
Struktur
dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi
satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota
keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang
berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam
keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat
mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Struktur keluarga menurut Friedman (1988) terdiri atas:
Struktur keluarga menurut Friedman (1988) terdiri atas:
1) Pola
dan Proses Komunikasi
Komunikasi
dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender,
chanel-media, massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
a. Karakteristik
pengirim yang berfungsi
•
Yakin ketika menyampaikan pendapat
•
Jelas dan berkualitas
•
Meminta feedback
•
Menerima feedback
b. Pengirim
yang tidak berfungsi
Lebih
menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif), Ekspresi yang tidak jelas (contoh:
marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya), Jugmental exspressions, yaitu
ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang
matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal:
”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”Tidak mampu mengemukakan kebutuhan Komunikasi yang tidak sesuai
c. Karakteristik
penerima yang berfungsi
•
Mendengar
•
Feedback (klarifikasi, menghubungkan
dengan pengalaman)
•
Memvalidasi
d. Penerima
yang tidak berfungsi
•
Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal
mendengar
•
Diskualifikasi, contoh : ”iya
dech.....tapi....”
•
Offensive (menyerang bersifat negatif)
•
Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
•
Kurang memvalidasi
e. Pola
komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
•
Menggunakan emosional : marah,
tersinggung, sedih, gembira
•
Komunikasi terbuka dan jujur
•
Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
•
Konflik keluarga dan penyelesaiannya
f. Pola
komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
•
Fokus pembicaraan hanya pada sesorang
(tertentu)
•
Semua menyetujui (total agreement) tanpa
adanya diskusi
•
Kurang empati
•
Selalu mengulang isu dan pendapat
sendiri
•
Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
•
Komunikasi tertutup
•
Bersifat negatif
•
Mengembangkan gossip
2) Struktur
peran
Peran
adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Perilaku peran
Peranan
ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
Perilaku
peran
3) Struktur
kekuatan
Kekuatan
merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe
struktur kekuatan:
•
Legitimate power/authority (hak untuk
mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
•
Referent power (seseorang yang ditiru)
•
Resource or expert power (pendapat ahli)
•
Reward power (pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima)
•
Coercive power (pengaruh yang dipaksakan
sesuai keinginannya)
•
Informational power (pengaruh yang
dilalui melalui proses persuasi)
•
Affective power (pengaruh yang diberikan
melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya
hubungan seksual)
Hasil
dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga seperti :
•
Konsensus
•
Tawar menawar atau akomodasi
•
Kompromi atau de facto
•
Paksaan
4) Nilai-nilai
keluarga
Nilai
merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
8.
Fungsi
/ Manfaat
Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal
Tujuan
reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan
secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak
didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi
dan perilaku yang menyimpang
Tujuan
yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi
yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah
menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992):
1) Fungsi
keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain
dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di
dunia ini.
2) Fungsi
sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3)
Fungsi cinta kasih : memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga
4)
Fungsi melindungi : melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman
5)
Fungsi reproduksi : meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota
keluarga
6)
Fungsi sosialisasi dan pendidikan :
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana
keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
7)
Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa datang
8)
Fungsi pembinaan lingkungan
9)
Fungsi keluarga dengan usila :
Fungsi
keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila
dan memfokuskan pada:
•
Memperhatikan kebutuhan fisik secara
penuh
•
Memberikan kenyamanan dan support
•
Mempertahankan hubungan dengan keluarga
dan masyarakat
•
Menanamkan perasaan pengertian hidup
•
Manajemen krisis
11. Keperawatan
Kesehatan Keluarga
Friedman (1992)
mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat
pada keluarga (family-centered nursing care), yaitu:
•
Keluarga terdiri dari anggota yang
saling ketergantungan satu sama lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan
yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga
merupakan bagian yang sakit.
•
Adanya hubungan yang kuat diantara
keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka anggota keluarga sangat
penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan tingkat kesehatan anggota keluarga
sangat signifikant dengan aktivitas di dalam promosi kesehatannya
•
Keadaan sakit pada salah satu anggota
keluarga dapat sebagai indikasi problem yang sama di dalam anggota yang lainnya
Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan, pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan superspesialisasi dalam pengobatan, maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara penyampaian berubah dari orientasi rumah sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit ke kesehatan dan dari orientasi pengobatan ke pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Perawatan
kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan
sebagai sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan
perawatan dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family
atau keluarga dan tingkat community atau masyarakat.
Tingkat individu
Perawat
memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu, pasien
dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang mereka jumpai di
poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan memperhatikan
atau tanpa memberi perhatian kepada keluarga atau masyarakat dimana pasien ini
adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan yang menjadi
pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan
masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan
masalah.
Tingkat keluarga
Tingkat keluarga
Dalam
tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang dimaksud
keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan
ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai
anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka
perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan
ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll.
Tingkat masyarakat
Masyarakat
adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung arti
geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah
kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan,
misalnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera
12. Beban kasus keluarga
Beban
kasus keluarga (family case load) adalah jumlah macam kasus dalam keluarga yang
dipelihara/dibina oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Pada
umumnya keluarga yang ditangani oleh perawat adalah keluarga-keluarga yang
mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini adalah keluarga dengan
penghasilan yang rendah. Hal ini akan dimengerti karena kebutuhan akan
pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada kalangan masyarakat yang
berpenghasilan rendah,.
Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, dimana perawat hanya memfasilitasinya.
Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, dimana perawat hanya memfasilitasinya.
13.
Tugas kesehatan
keluarga
Seperti
individu, keluargapun mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah
kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau sakit
terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan
akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata ”mengatasi dengan
baik”, diartikan sebagai kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas
pemeliharaan kesehatannya sendiri.
14.
Peran perawat keluarga
Perawatan
kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.
Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
•Pendidik
•Koordinator
•Pelaksana
•Pengawas kesehatan
•Koordinator
•Pelaksana
•Pengawas kesehatan
•Konsultan
•Kolaborasi
•Fasilitator
•Penemu kasus
•Kolaborasi
•Fasilitator
•Penemu kasus
•Modifikasi
lingkungan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Keluarga adalah kelompok sosial yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau
adopsi.
·
Struktur internal keluarga meliputi: status
sosial, peran sosial, dan norma
sosial.
·
Pola keluarga meliputi: pola
menerima-menolak, pola memiliki-melepaskan dan pola demokrasi-otokrasi.
·
Fungsi keluarga ada 8 yaitu: fungsi
keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi
reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi
pembinaah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 166.
Bailon,
S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines:
UP College on Nursing Diliman Potter
dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC
Djohar,
MS, Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan (Yogayakarta:
Lesfi, 2003), 109.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar