Selasa, 07 Mei 2013

KELUARGA SEJAHTERA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Dalam keperawatan, keluarga merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik/kultur yang berasal dari nenek moyang akan mempengaruhi interpretasi keluarga terhadap suatu penyakit. Masalah kesehatan dan adanya krisis perkembangan dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain karena keluarga merupakan satu kesatuan (unit).

B.     Tujuan
C.     Rumusan Masalah
D.    Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan
E.     Sistematika Penulisan






BAB II
PEMBAHASAN

1.
  Definisi
Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a.    Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
b.   Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
c.    Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu.
d.   Duvall
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.

e.    Bailon dan Maglaya
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

f.       Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya.

g.    Lancester dan Stanhope (1992)
Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.

h.   Jonasik and Green (1992)
Keluarga adalah sebuah sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).

i.      Bentler et. Al (1989)
Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.

j.     National Center for Statistic (1990)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.

k.   Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

l.      BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

2. Istilah-istilah dalam keluarga:
·      Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
·      Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.



·      Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
·      Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
·      Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
·      NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

3.  Indikator  Tahapan keluarga
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996) :
·      Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
·         Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
·         Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
·         Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.
·         Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.
Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
a.      Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
b.      Keluarga Sejahtera Tahap I
adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu :
         Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
         Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

         Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
         Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
         Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.



c.       Keluarga Sejahtera tahap II
Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu :
         Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. 
         Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk. 
         Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun. 
         Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. 
         Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
         Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai

         penghasilan tetap.
         seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
         Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
         Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d.      Keluarga Sejahtera Tahap III

yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :
          Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
          Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
          Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
          Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
          Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
          Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
          Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
e.       Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I dan dapat pula memenuhi kriteria dan  kriteria pengembangan keluarganya yaitu :
         Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
         Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
f.       Keluarga Miskin

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
       Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.
       Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.
       Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

g.      Keluarga miskin sekali

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
         Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
         Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
         Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
5. Ciri-Ciri Keluarga
          Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (1995):
·         Diikat dalam suatu tali perkawinan
·         Ada hubungan darah
·         Ada ikata batin
·         Ada tanggung jawab masing-masing anggota
·         Ada pengambilan keputusan
·         Kerjasama diantara anggota keluarga
·         Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
·         Tinggal dalam satu rumah
6. Tipe/Bentuk Keluarga
   Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada.


1) Tradisional


2) Non-Tradisional

7. Struktur dan Fungsi Keluarga
1) Struktur Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.

Struktur keluarga menurut Friedman (1988) terdiri atas:
1)      Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
a.       Karakteristik pengirim yang berfungsi
         Yakin ketika menyampaikan pendapat
         Jelas dan berkualitas
         Meminta feedback
         Menerima feedback
b.      Pengirim yang tidak berfungsi
Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif), Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya), Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”Tidak mampu mengemukakan kebutuhan Komunikasi yang tidak sesuai
c.       Karakteristik penerima yang berfungsi
         Mendengar
         Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
         Memvalidasi
d.      Penerima yang tidak berfungsi
         Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
         Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
         Offensive (menyerang bersifat negatif)
         Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
         Kurang memvalidasi
e.       Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
         Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
         Komunikasi terbuka dan jujur
         Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
         Konflik keluarga dan penyelesaiannya
f.       Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
         Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
         Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
         Kurang empati
         Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
         Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
         Komunikasi tertutup
         Bersifat negatif
         Mengembangkan gossip

2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Perilaku peran
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual


 







Perilaku peran

3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.


Tipe struktur kekuatan:
         Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
         Referent power (seseorang yang ditiru)
         Resource or expert power (pendapat ahli)
         Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
         Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
         Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
         Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
         Konsensus
         Tawar menawar atau akomodasi
         Kompromi atau de facto
         Paksaan

4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
8. Fungsi / Manfaat Keluarga

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992):
1)      Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2)   Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3)      Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga
4)      Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
5)      Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga
6)      Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
7)      Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang
8)      Fungsi pembinaan lingkungan
9)      Fungsi keluarga dengan usila :
Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila dan memfokuskan pada:
         Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh
         Memberikan kenyamanan dan support
         Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat
         Menanamkan perasaan pengertian hidup
         Manajemen krisis

11. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Friedman (1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada keluarga (family-centered nursing care), yaitu:
         Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit.
         Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikant dengan aktivitas di dalam promosi kesehatannya
         Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang sama di dalam anggota yang lainnya

Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan, pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan superspesialisasi dalam pengobatan, maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara penyampaian berubah dari orientasi rumah sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit ke kesehatan dan dari orientasi pengobatan ke pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga dan tingkat community atau masyarakat.
Tingkat individu
Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu, pasien dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan memperhatikan atau tanpa memberi perhatian kepada keluarga atau masyarakat dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan masalah.

Tingkat keluarga
Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang dimaksud keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll.
Tingkat masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera

12. Beban kasus keluarga
Beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah macam kasus dalam keluarga yang dipelihara/dibina oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya keluarga yang ditangani oleh perawat adalah keluarga-keluarga yang mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini adalah keluarga dengan penghasilan yang rendah. Hal ini akan dimengerti karena kebutuhan akan pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah,.

Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, dimana perawat hanya memfasilitasinya.
13. Tugas kesehatan keluarga
Seperti individu, keluargapun mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata ”mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya sendiri.
14. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
•Pendidik
•Koordinator
•Pelaksana
•Pengawas kesehatan
•Konsultan
•Kolaborasi
•Fasilitator
•Penemu kasus
•Modifikasi lingkungan











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
·         Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
·          Struktur internal keluarga meliputi: status sosial, peran sosial, dan norma sosial.       
·         Pola keluarga meliputi: pola menerima-menolak, pola memiliki-melepaskan dan pola demokrasi-otokrasi.
·         Fungsi keluarga ada 8 yaitu: fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 166.
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP College on Nursing Diliman Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Djohar, MS, Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan (Yogayakarta: Lesfi, 2003), 109.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar