SATUAN
ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIFTERI
Pokok Bahasan : Difteri
Sasaran : Lansia Pusk.
Sidosermo
Metode : Ceramah
Diskusi
Media : Leaflet
LCD
Laptop
Waktu : 30 menit.
Tempat
: Pusk. Sidosermo
Hari dan tanggal : Jumat, November 2012
A.
LATAR BELAKANG
Difteri
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam
tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan
sistem saraf yang berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat
rentan menyerang bayi mulai umur 2 bulan.
Kasus
difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang belum
terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang
paling parah menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit
difteri sudah mulai meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim
memang tinggi angka kesakitan akibat penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada
32 daerah dan mengakibatkan 21 anak meninggal. Sedangkan tahun 2009, terdapat
140 kasus pada 24 daerah di Jatim dengan korban 8 orang meninggal dunia.
Peristiwa KLB difteri yang terjadi di Jatim memberikan gambaran bahwa program
imunisasi harus mendapat perhatian khusus.
Sejak
Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang.
Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011)
pada 11 kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto,
Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Blitar, Gresik, dan Banyuwangi dengan
anggaran Rp10 miliar dari Rp13 miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu
merupakan daerah dengan jumlah persebaran difteri terbesar. Dari 651 desa, 483
desa tanggungjawab Pemprov Jatim, 168 desa tanggungjawab kabupaten kota.
Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10 miliar yang disalurkan melalui Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim (beritajatim.com).
Kondisi
di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang tinggi
memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam
wilayah yang mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri.
Penelitian di lapangan, penularan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi
dan anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Imunisasi menjadi langkah
penting dalam mencegah penularan penyakit ini.
Temuan
dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang
ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal,
penderita mengalami sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang
ditemukan kebanyakan anak-anak, dari usia 4 tahun sampai 12 tahun. Hal ini
disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna. Penderita
juga bisa terserang dengan gejala mata berdarah dan menyerang kulit. Untuk
menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah menyediakan sebanyak 40 ribu
vaksin dan telah disalurkan kepada seluruh puskesmas dan posyandu yang ada di
Jawa Timur.
Penyakit
difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini
dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi
DPT pada usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan
bulan imunisasi di sekolah kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran
penyakit Difteri juga dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti mencuci tangan sebelum makan.
Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran penyakit menular itu bisa ditangkal.
Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga
harus terus dijaga.
B.
TIU ( Tujuan Intruksional Umum )
Setelah mengikuti penyuluhan ini
diharapkan para lansia yang hadir di kecamatan Sidosermo mendapat pengetahuan
tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui cara menangani dan
mencegah penyakit difteri.
C.
TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )
Setelah mengikuti penyuluhan ini
diharapkan lansia yang hadir di Kecamatan Sidosermo mampu :
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan
benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri
dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri
dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko
difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan
benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan
tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan
benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri
D.
SASARAN
Lansia di Kecamatan
Sidosermo
E.
MATERI (TERLAMPIR)
F.
METODE
1.
Ceramah
2.
Diskusi
G.
MEDIA
1.
leaflet
2.
LCD
3.
Leptop
H.
KRITERIA EVALUASI
a. Kriteria
Struktur :
1. Peserta
hadir minimal 15 orang
2. Penyelenggara
penyuluhan dilakukan di Kecamatan Sidosermo
3. Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
b. Kriteria
Proses :
1. Peserta
antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta
konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3. Paserta
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar
c. Kriteria
Hasil :
1. Menyebutkan
pengertian difteri dengan benar.
2.
Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan
cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan
faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan
komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan
penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan
pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan
tentang imunisasi difteri
I.
KEGIATAN PENYULUHAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan
penyuluhan
|
Kegiatan
Audience
|
1
|
5 Menit
|
Pembukaan
1.Penyuluh
memulai penyuluhan dengan mengucapkan salam
2.Memperkenalkan
diri
3.Menjelaskan
tujuan penyuluhan
4.Menyebutkan
materi yang akan diberikan
5.Membagikan
leaflet
|
1.Menjawab
salam
2.Memperhatikan
3.Memperhatikan
4.Memperhatikan
5.Menerima
dan membaca
|
2
|
10
Menit
|
Pelaksanaan
1.Menjelaskan
pengertian difteri
2.Menyebutkan
tanda dan gejala difteri
3.Menjelaskan
cara penularan difteri
4.menjelaskan faktor-faktor resiko difteri
5.menyebutkan
komplikasi difteri
6.menjelaskan
penanganan difteri
7.menjelaskan
cara pencegahan difteri
8.
mencelaskan imunisasi difteri
9.
memberi kesempatan bertanya
|
1.Memperhatikan
2.Memperhatikan
3.Memperhatikan
4.Memperhatikan
5.Memperhatikan
6.Memperhatikan
7.
memperhatikan
8.memperhatikan
9.Bertanya
dan mendengarkan jawaban
|
3
|
10 Menit
|
Evaluasi
:
1.Meminta
Audience menjelaskan pengertian dari difteri
2.Meminta
audience menyebutkan tentang tanda dan gejalan difteri
3.Meminta
audience menyebutkan cara-cara penularan difteri
4.
meminta audience menjelaskan cara penanganan dan pencegahan difteri
5.meminta
audience menjelaskan kapan jadwal pemberian imunisasi difteri
|
1.Menjelaskan
pengertian dari difteri
2.Menyebutkan
tentang tanda dan gejala difteri
3.Menyebutkan
tentang cara penularan difteri
4.
menyebutkan cara penanganan dan pencegahan difteri
5.
menyebutkan jadwal pemberian imunisasi difteri
|
4
|
5 Menit
|
Terminasi
1.Mengucapkan
terima kasih atas perhatian yang diberikan
2.Mengucapkan
salam penutup
|
1.Memperhatikan
2.Membalas
salam
|
J.
SETTING TEMPAT
Keterangan :
:
Pembawa acara dan moderator :
Observer
: Penyaji :
Audiance
:
Fasilitator
K.
PENGORGANISASIAN KELOMPOK
MATERI
PENYULUHAN
Pengertian
Difteri
Difteri
adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya
menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan
lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung,
ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat
sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan racun yang
mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang
kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan
imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri
ini.
Tanda
dan gejala
Tanda
dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat
menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan
terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel,
sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil.
Tanda
dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi.
Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau
tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang
yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa)
difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai
penderita maupun sebagai carier.
Tipe
kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan
bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu
pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.
Cara
Penularan
Bakteri
C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi
bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang terkontaminasi dan
memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
* Kontaminasi barang pribadi: Penularan
difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang
jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya
dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat
terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka orang yang
sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati
dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka
tidak menunjukkan gejala apapun.
Faktor
risiko
Orang-orang yang berada pada risiko
tertular difteri meliputi:
·
Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
·
Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak
sehat
·
Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
·
Siapapun yang bepergian ke
tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada
anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada
negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti
halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.
Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat
menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun
yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut
menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran
sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.
* Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar
melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot
jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung
(miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan
pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian
mendadak.
* Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan
saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat
menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa
meradang yang menyebabkan otot menjadi
lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas,
maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka
diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang
dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini, namun pemulihannya akan
berjalan lama.
Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius.
Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa upaya pengobatan yang dapat
dilakukan diantaranya:
* Pemberian antitoksin: Setelah dokter
memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus
menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau
otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter
mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi
tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis
kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati
dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu
membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang
dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di
rumah sakit untuk perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit
perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar
terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.
Pencegahan
Jika
Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter
untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda
resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri
dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi
mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.
Difteri
adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya
dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai
vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini
dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan
dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima
tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin
difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin
akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca
pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi
serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam
beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan
gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP.
Imunisasi
DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang
telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan
zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit
ketiga penyakit tersebut.
Manfaat
Imunisasi DPT Dasar
Salah
satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti
dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi
tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri,
Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi
DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan),
tetanus.
b.
Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding
terkena penyakit secara alami.
b.
Evaluasi :
·
Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan
struktur yang telah dibuat.
·
Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan
selesai dilaksanakan.
· Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran
mengerti tentang penanganan dan pencegahan difteri
DAFTAR
PUSTAKA
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu
Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta: Gramedia
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: EGC.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi.
Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK.
Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati.
Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar