Selasa, 15 April 2014



STANDART PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
MONITORING KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

2.1. Proporsi Cairan Tubuh
            Air memiliki presentase yang besar dari badan manusia. Pada bayi prematur sekitar 80% dari barat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70% dari berat badannya merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase air menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase air pada tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya. (Horner dan Swearingen.2001).
            Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja, melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel denganm jumlah sekita 40% dari berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses metabolisme.
            Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan membuang sampah sisa metabolisme. Cara ekstraseluler ini terbagi menjadi dua, yaitu cairan intersitial dan cairan intravaskuler. Cairan intersitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15%  dari berat badan. Pada umumnya cairan intrasitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairan intersitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan cairna yang terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma yang berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

 
2.2. Komponen Cairan
1. Cairan Nutrien
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitaminn yang penting untuk metabolisme. Kalori Yng berada cairan dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
§  Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (½ dextrose dan ½ levulose)
§  Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin
§  Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.
1.    Blood Volume Expanders
                 Blood volume eksanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Jenis blood volume expanders antara lain human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2.    Cairan Elektrolit
                 Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik dan hipertonik.
                 Contoh cairan elektrolit adalah :
§  Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+
§  Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-
§  Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-

2.3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
            Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1.      Keseimbangan cairan dan elektrolit cairan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu:
a.       Ruang intrasel (2/3 cairan tubuh)àbanyak di otot
b.      Ruang ekstraseluler (1/3 cairan tubuh) yang dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu:
·         Cairan intravaskuler (3 L)
·         Cairan interstisial (8 L)
·         Cairan transeluler (paling sedikit)

2.      Pengaturan kompartemen cairan tubuh
a.       Osmosis + osmolaritas (dari encer ke pekat)
b.      Difusi (dari zat terlarut tinggi ke zat terlarut rendah)
c.       Filtrasi (perpindahan dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah)
d.      Pompa Na dan K (merupakan salah satu bentuk transport aktif àmelawan gradient sehingga membutuhkan energy. Na bergerak dari intrasel ke ekstrasel, K bergerak dari ekstrasel ke intraselàNa di ekstrasel lebih tinggi

3.      Gangguan volume cairan
a.       Hipovolemia
Kehilangan air+elektrolit dengan proporsi yang sama. Hal ini berbeda dengan dehidrasi (kehilangan air dengan peningkatan Na serum).
Contoh: diare, mual, faktor resiko DM insipidus
Penatalaksanaan: berikan larutan isotonic (RL, NaCl 0,9 %) untuk tatalaksana kehilangan cairan dan bisa digunakan pada hipotensi. Jika sudah normal dapat diberikan larutan hipotonik (NaCl 0.45%)
*syok hipovolemik terjadi jika volume cairan hilang >25% volume intravascular
Tahapan syok hipovolemik:
1: volume darah hilang <=15%, dikompensasi dengan konstriksi pembuluh darah. Tanda dan gejala: BP normal, RR normal, kulit pucat, ansietas (cemas awal)
2: volume darah hilang 15-30% (750-1500mL). CO tidak dapat dikompensasi dengan konstriksi pembuluh darah arteri. Tanda dan gejala: RR meningkat (takikardi), BP normal, Tekanan diastolic meningkat, berkeringat (stimulasi dari sistem saraf simpatik), ansietas ringan, kelelahan
3: volume darah hilang 30-45% (1500-2000mL). Tanda dan gejala: tekanan sistolik turun sampai di bawah 100 mmHg, sudah ada tanda klasik syok hipovolemik; takikardi>120x/ menit, takipneu>30x/menit, penurunan status mental (ansietas, agitasi), keringat dingin, kulit pucat, penurunan sistolik.
4: kehilangan volume darah >40% (>2000Ml). Tanda dan gejala: takikardi ekstrim, denyut nadi lemah, penurunan sistolik yang signifikan sampai <=70 mmHg, kesadaran menurun, diaphoresis, dingin, ekstremitas sangat pucat.
b.      Hipervolemia
Na+ dan air tertahan dengan proporsi yang kurang lebih sama dengan di dalam CES.
Penyebab: gagal ginjal, gagal jantung, sirosis hepatis
Manifestasi klinis: takikardi; peningkatan BP, vena sentral, BB, jumlah urin; napas pendek & mengi
Intervensi: mencegah fluid volume electrolyte (FVE) dengan diet natrium, mendeteksi FVE (memantau asupan, istirahat, dll), berikan posisi fowler tinggi agar cairan ke jantung dan pre load berkurang.
Edema dapat terjadi akibat perluasan cairan di ruang interstisial (penumpukan Na+)à berikan terapi diuretik
c.       Hiponatremia
Penyebab: Syndrome insufficiency  ADH (SIADH), hiperglikemi, masukan cairan secara perenteral yang < elektrolit meningkat, penggunaan air ledeng untuk enema atau irigasi gaster
Manifestasi klinis: mual, kram perut, neuropsikiatrik, anoreksia, perasaan lelah.
*Suatu kondisi dikatakan terjadi peningkatan TIK jika kadar Na serum < 115 mEq/ L
Ciri-ciri peningkatan TIK: letargi, confuse, kedutan otot, kelemahan fokal, hemiparase, papil edema, kejang
Penatalaksanaan: mengganti Na+ (oral, nasogastrik), berikan larutan isotonic jika tidak dapat menggunakan Na+, pembatasan air lebih aman pada pasien dengan volume cairan normal.
d.      Hipernatremia (kadar Na> 145 mEq/L)
Penyebab: kehilangan air pada pasien yang tidak sadar karena tidak dapat berespon terhadap rangsang haus, Na+ yang tidk proporsional (berlebih), diabetes insipidus (jika pasien tidak berespon terhadap rasa haus, stroke , hampir tenggelam di laut, kegagalan sistem penyesuaian, sistem hemodialisis/ hemodialisis peritoneal, pemberian cairan salin intravena.
Manifestasi klnis: neurologis, dehidrasi seluler,gelisah, lemah (pada hipernatremi sedang), disorientasi, halusinasi, delusi (pada hipernatremi berat), kerusakan otak permanen (pada hipernatremi sangat berat)
Intervensi: penurunan kadar Na  serum secara bertahap dengan infus larutan isotonic, lebih aman diberikan larutan hipotonik/ isotonic daripada dekstrose karena dekstrose menurunkan kadar Na+  secara cepat (penurunan Na+ plasma maksimal 2 mEq/ jam), koreksi hipernatremi secara menetap.
e.       Hipokalemia (kehilangan muntah dan penghisapan gastric)
Hipokalemia biasanya menyebabkan alkalosis dan demikian sebaliknya. Setiap peningkatan pH0,1 artinya peningkatan kalium serum 0,5. Hipokalemia biasanya terjadi pada diare, ileostomi baru, adenoma villous (tumor pada saluran GI), dan bisa juga terjadi pada pasien yang mendapat asupan karbohidrat parenteral.
Hipokalemia berat dapat menyebabkan henti jantung dan henti napas.
Tanda-tanda klinis jarang terlihat sebelum kadar kalium serum turun di bawah 3, kecuali tingkat kehilangannya cepat.
Manifestasi klinis: keletihan, mual, muntah, kelemahan otot, kram kaki, penurunan motilitas usus, parestesia, disritmia, peningkatan sensitifitas terhadap digitalis.
Hipokalemia berkelanjutan dapat menyebabkan ketidakmampuan ginjal memekatkan urinàurin encer+rasa haus berlebih. Selain itu deplesi kalium bisa menekan pelepasan insulin àintoleransi glukosa.
Intervensi:
·         Pencegahan: K+ diperbaiki à40-80 mEq/hari, pasien beresiko diperbaiki 50-100 mEq/hari
Tambahan kalium oral dapat menyebabkan lesi usus kecil. Oleh karena itu, pasien harus dikaji + diingatkan tentang distensi abdomen, nyeri, dan perdarahan.
Makanan yang banyak mengandung kalium antara lain: pisang, kismis, jeruk, daging, susu, tomat segar, kentang, miju2, jus buah.

4.      Gangguan asam basa

Jenis Gangguan
pH
pCO2
HCO3
Asidosis Respiratorik
¯
­
N
Alkalosis Respiratorik
­
¯
N
Asidosis Metabolik
¯
N
¯
Alkalosis Metabolik
­
N
­


5.      Nilai normal
Na+ : 135-150 mEq/L
K+: 3,5-5
Ca+: 4,5-5,5
Bikarbonat sifatnya basa, asam karbonat sifatnya asam

6.      Terapi cairan parenteral
·         Jenis larutan intravena
a.       Cairan isotonis
Osmolalitasnya sama dengan serum NaCl 0,9%, RL, sebagai rumatan di awal, tapi tidak boleh jadi rumatan rutin. Untuk memperbaiki kekurangan Na+. jika dicampur dengan dekstrose akan menjadi hipertonik. Digunakan pada kasus: luka bakar
b.      Cairan hipotonis
Jika dicampur dekstrose jadi hipertonik. Contoh: NaCl 0,45%
c.       Cairan hipertonis
Hanya digunakan saat kondisi kritis. Contoh: NaCl 0,3 %
·         Kebutuhan cairan
1.      Masukan + haluaran orang dewasa per 24 jam
Masukan
Haluaran
Cairan oral: 1100-1400 mL
Urin: 1200-1500 Ml
Air dalam makanan: 800-1000 mL
Feses: 100-200 Ml
Air hasil metabolism: 300 mL
Paru: 400 Ml

Kulit: 500-600 mL
Total: 2200-2700 mL
Total: 2200-2700 mL

2.      Menghitung kebutuhan cairan/hari
Metode 1:
Kebutuhan cairan/hari= BB x 25-35 mL
*25 mL/kgàpasien CHF; 30 mL/kgàrata-rata orang dewasa; 35 mL/kgàpasien infeksi/ luka
kebutuhan elektrolit
·      Sodium (Na)                       : 2-3 mEq/100 mL H2O/ hari
·      Potassium (K)         : 1-2 mEq/100 mL H2O/ hari
·      Chloride (Cl)          : 2-3 mEq/100 mL H2O/ hari
Metode 2:
10 kg pertama             : kalikan dengan 100 mL cairan
10 kg berikutnya         : kalikan dengan 50 mL cairan
Setiap tambahan/ kg    : kalikan 15 mL cairan
Metode 3:
1 mL/kcal intake= ml cairan yang dibutuhkan per hari
Metode 4:
(kg BB-20) x 15 + 1500=…mL/hari
Metode 5:
Dewasa normal                                   :30-35 mL/kg BB
Dewasa berusia 55-75 tahun   : 30 mL/kg BB
Dewasa berusia > 75 tahun     : 25 mL/kg BB
3.      Menghitung BUN
BUN merupakan nitrogen urea darah yang terbentuk dari urea yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein (pembentukan urea, protein di hati)
Kadar normal: 10-20 mg/dLàSI=3,5-7 mmol/L
·         Kondisi yang dapat meningkatkan BUN: perdarahan GI, dehidrasi, peningkatan masukan protein, demam, sepsis
·         Kondisi yang dapat menurunkan BUN: penyakit hati tahap akhir, kelaparan, diet rendah protein
Nilai osmolalitas serum perkiraan
Na+  x  2 x  glukosa/ 18 + BUN/ 3
2.3.1.      Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±2500 cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
2.3.2.      Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1.      Urine
      Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria. Proses ini merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil eksresi terakhir proses ini adalah urine.
      Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor antrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.
2.      Keringat
      Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3.      Feses
      Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan memalui feses adalah 100 ml/hari.



2.4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
            Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
            Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan cairan dan elektrolit. Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur intake dan output cairan, dan transfusi darah.
2.4.1. Menghitung Cairan Intravena (Infus)
            Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.
Prosedur kerja :
1.      Observasi kepatenan selang dan jarum IV
a.       Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang diprogramkan.
b.      Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV sampai lebih rendah dari tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.
2.      Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa di resepkan ialah pemberian larutan selama 24jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L. Kadangkala program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap terbuka (KVO). Catatan juga memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk menginfuskan setiap liter cairan.
3.      Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus, misalnya:
§  Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
§  Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :
-       Abbott Lab : 15 tts/ml
-       Travenol Lab : 10 tts/ml
-       McGaw Lab : 15 tts/ml
-       Baxter         :  10 tts/ml
4.      Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah menghitug jumah ml/ jam jika dibutuhkan.
Volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam
a.                       ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt
b.                      ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt
5.      Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut di sisi tempat tidur.
6.      Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam.
Contohnya :
1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk 24 jam, maka :
  4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam
7.       Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garis penunjuk volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran perjam.
Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, masing-masing ukuran tersebut akan ditandai dengan plester.
8.   Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes didalam set infus. Set infus minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang biasa digunakan atau makrodrip yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml. Dengan menggunakan rumus, hitung kecepatan aliran permenit :
9.   Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan di dalam bilik tetesan selama 1 menit dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.
10.  Ikuti prosedur ini untuk ;
a.       Pompa infus :
(1). Tempatkan monitor elektronik pada bilik tetesan di bawah asal tetesan dan di atas tinggi cairan di dalam bilik.
(2). Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan aliran (mis. Di bagian atas, bagian selang terdekat, dengan klien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume/jam, pintu untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan tombol start untuk memulai.
(3). Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan. Tetesan pada selang infus berada pada posisi terbuka saat pompa infus digunkan.
(4). Pantau kecepatan infus sekurang-kurangnya setiap jam.
(5). Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.
b. Peralatan pengontrol volume
(1). Tempatkan peralatan pengontrol volume diantara kantung IV dan isertion spike dan set infus
(2). Masukan cairan yang akan diberikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.
(3). Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan. Atur kecepatan aliran.
11.  Observasi klien setiap jam untuk menentukan respons terhadap terapi IV dan upaya memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis.
12. Catat kecepatan infus, tts/mnt, dan ml/jam dicatatan klien sesuai dengan kebijakan lembaga.
2.4.2.      Mengukur Intake dan Output Cairan
            Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairn yang keluar dari tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu untuk menentukan status keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat dehidrasi klien.
Prosedur :
a.       Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intrvena.
b.      Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.
c.       Tentukan kseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.
Keseimbangan Intake dan Output :
a. Rata-rata intake cairan perhari :
1). Air minum : 1500 - 2500 ml
2). Air dari makanan : 750 ml
3). Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml
b. Rata-rata output cairan perhari :
                                1). Urine : 1-2 cc/kgBB/jam
                                2). Insensible water loss :
                                      - dewasa : IWL = 10-15 cc/kgBB/hari
                                      - anak-anak : IWL = 30-umur th cc/kgBB/hari
                                      - bila ada kenaikan suhu :
                                        IWL = 200 (suhu sekarang sampai 36,8oC)
                                    3). Feses : 100-200 ml
Kebutuhan cairan meningkat jika:
*      Demam (peningkatan 10C tambah 12%)
*      Muntah, diare
*      Gagal ginjal output berlebihan
*      Diabetes insipidus
*      Luka bakar
*      Shock
*      Takipnea
Kebutuhan cairan menurun jika:
*      Gagal jantung kongestif
*      Ventilasi mekanik
*      Paska bedah
*      Gagal ginjal
*      Tekanan intrakranial tinggi
*      SIADH
Komplikasi pemberian cairan:
Sistemik:
v  Kelebihan cairan tubuh
v  Kekurangan cairan tubuh
v  Kelainan elektrolit
v  Kelainan gula darah
v  Emboli udara
Lokal:
v  Flebitis
v  Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
-          Dehidrasi (isotonic, hipernonik, hipotonik)
-          Edema
-          Intoksikasi air


 
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC